Monday 9 June 2014

TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU

Oleh : Ir. Pangerang, MP
(Penyuluh Pertanian Kabupaten Maros)



 
BAB I
 SYARAT PERTUMBUHAN UBI KAYU
A.    IKLIM
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketelapohon antara 1.500-2.500 mm/tahun. Suhu udara minimal sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal antara 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

B.   MEDIA TANAM
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayuadalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlaluliat dan tidak terlalu porosserta kaya bahan organik. Tanah dengan strukturremah mempunyai tata udara yang baik, unsur haralebih mudah tersedia dan mudahdiolah. Untuk pertumbuhan yang lebihbaik, tanah harus subur dankaya bahan organik baik unsurmakro maupun mikronya.
            Jenis tanah yang sesuai adalah jenis aluviallatosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah diIndonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagisuburnya tanaman ketela pohon.
            Ketinggian tempat yang baik dan ideal antara 10-700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl. dan dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

 
BAB II
TEKNOLOGI PRODUKSIUBI KAYU

A.   PEMBIBITAN
1.    Persyaratan Bibit
            Bibit yang baik untuk bertanam ubi kayu harus memenuhi syarat sebagai berikut yaitu berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan,harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam. Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurusdan tumbuh tunas-tunas baru.

2.    Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)    Bibit berupa stek batang.
b)    Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c)    Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25-30 batang stek.
d)    Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

B.   PENGOLAHAN TANAH
1.    Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a.        Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b.        Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c.        Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
d.        Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.

2.    Pembukaan dan Pembersihan Lahan
            Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
            Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.

3.    Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

4.    Pengapuran
            Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

C.   PENANAMAN
1.     Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2.    Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.

D.    PEMELIHARAAN
1.      Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2.    Penyiangan
            Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggusampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Sedangkan penyiangan keduadilakukan pada umur 3 bulan setelahtanam dengan menggunakan herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, denganjumlah cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman
3.    Pembubunan
            Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan
4.    Perempelan/Pemangkasan
            Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/ pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
E.    PEMUPUKAN
            Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133-200 kg; TSP=60-100 kg dan KCl=120-200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

F.    PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
            Kondisi lahan ubi kayu dari awal tanam sampai umur + 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

G.   PENGENDAALIAN  HAMA, PENYAKIT DAN GULMA
            Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.

1.    Hama
  1. Uret (Xylenthropus) Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
  2. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus) Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
2.    Penyakit
  1. Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonasmanihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalubergerak dan mengakibatkan pada daun kering danakhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkanbagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
  1. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith) Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
  2. Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawanyang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringandaun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
  1. Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica) Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .
3.    Gulma (tanamanpengganggu)
            Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/ dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petaniKetela pohon dapat menekan pertumbuhangulma. Namun demikian, gulmatetap tumbuh di parit/got danlubang penanaman. Khusus gulma darigolongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengancara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampaiakar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenisgulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanamanmaupun dalam got/parit.Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumputbelulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalumdistichum), dan rumput sunduk gangsir(digitaria ciliaris).Pembasmian gulma dari golongan rerumputandilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.

H.   PANEN
1.    Ciri danUmur Panen
            Ubi kayu dapat dipanenpada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang.Warna daun mulai menguningdan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telahmencapai 6-8 bulan untuk varietas Genjah dan 9-12 bulan untuk varietasDalam.
2.    Cara Panen
Ubi Kayu dipanen dengan cara mencabutbatangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garputanah.
3.    Pengumpulan
Hasil panendikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkauoleh angkutan.

I.      PENANGANAN PASCA PANEN
1.    Penyortiran dan Penggolongan
            Pemilihan atau penyortiran umbi  sebenarnyadapat dilakukan pada saat pencabutanberlangsung. Akan tetapi penyortiranumbi dapat dilakukan setelah semua pohon dicabutdan ditampung dalam suatu tempat.Penyortiran dilakukan untuk memilih umbiyang berwarna bersih terlihat dari kulitumbi yang segarserta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnyaumbi serta bercak hitam/garis-garispada daging umbi.
2.    Penyimpanan
Cara penyimpananhasil panen umbi dilakukan dengan carasebagai berikut:
a.    Buatlubang di dalam tanah untuktempat penyimpanan umbi segarketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbiyang akan disimpan.
b.    Alasidasar lubang dengan jerami ataudaun-daun, misalnya dengan daun nangkaatau daun ubi kayu itusendiri.
c.    Masukkanumbi secara tersusun dan teratursecara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengandaun-daunan segartersebut di atas atau jerami.
d.    Terakhirtimbun lubang berisi umbi tersebutsampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpananseperti ini cukup awet danmembuat umbi tetap segarseperti aslinya.
3.    Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.  Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri