Wednesday 16 April 2014

SEJARAH TANAMAN ANGGREK

1. SEJARAH SINGKAT
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut



2. JENIS TANAMAN

Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
a) Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
b) Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
c) Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.
3. SYARAT PERTUMBUHAN
A. Iklim
a) Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.
b) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
c) Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhu udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
d) Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana baus, akan tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.


B. Media Tanam

Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1) Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
  • Serat Pakis yang telah digodok.
  • Kulit kayu yang dibuang getahnya.
  • Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
  •  Ijuk.
  •  Potongan batang pohon enau.
  • Arang kayu .
  • Pecahan genting/batu bata.
  • Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya. Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang/daun-daunan.
2) Media untuk anggrek Terrestria : Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.

3) Media untuk anggrek semi Terrestria : Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah yang dipakai adalah 5,2.


C. Ketinggian Tempat


Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

1) Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl) : Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
a. Dendrobium phalaenopsis
b. Onchidium Papillo
c. Phaphilopedillum Bellatum

2) Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) : Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15–21 derajat C,pada malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.

3) Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) : Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9–15 derajat C pada malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

Friday 11 April 2014

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN (PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER PANGAN KELUARGA)

Oleh : Ir. Pangerang, MP
(Penyuluh Pertanian Kabupaten Maros)
______________________________________________________________________________


A. PENGERTIAN PEKARANGAN


Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.

Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna antara lain yaitu;
  1. Selain untuk penghijauan, tanaman sayuran dapat menjadi sumber kebutuhan sayur;
  2. Salah satu bentuk penyaluran hobi;
  3. Timbulnya rasa bangga jika mampu memanen dan mengkonsumsi sayuran yang ditanam sendiri;
  4. Diperolehnya sayuran yang lebih terjamin kebersihan dan mutunya, karena penggunaan pestisida yang dapat ditekan semaksimal mungkin;
  5. Bertanam sayuran berarti melatih seluruh anggota keluarga untuk lebih mencintai Alam ;
  6. Bahkan di tengah kondisi harga bahan kebutuhan pokok naik,menanam sayur mayur di kebun dapat turut membantu perekonomian dalam rumah tangga , bahkan kalau hasilnya lebih, bisa dijual ke pasar.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dalam menunjang suksesnya Pembangunan antara lain dengan memanfaatkan tanah-tanah pekarangan secara intensif. Setiap anggota masyarakat baik yang tinggal di kota maupun di pedesaan mempunyai atau hidup dalam suatu pekarangan, hanya penduduk yang berdomisili di pedesaan biasanya dapat menikmati tingkat ketenangan yang relatif lebih baik karena terhindar dari keramaian atau volusi, namun bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan itu nampaknya masih belum memanfaatkan potensi tanah pekarangannya.


Pemanfaatan Pekarangan dengan sayuran - AgronomiPertanian
Gambar 1.
Pemanfaatan Pekarangan dengan Sayur-Sayuran oleh Kelompok Wanita Tani Tobonggae di Kel. Cempaniga Kec. Camba. Kab. Maros

Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa dijual.

Pemanfaatan Pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.

Menurut Peny, DH dan Benneth Ginting, 1984, Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.

B. PRINSIP PEMANFAATAN PEKARANGAN

Bila diteliti lebih jauh tentang manfaat pekarangan dengan melakukan intensifikasi tanaman pekarangan di jumpai tiga prinsif utama yakni;

1. Prinsip dengan pengeluaran biaya serendah mungkin, dimaksudkan dengan mengeluarkan biaya sedikit didalam melaksanakan penanaman di dalam pekarangan tersebut akan dapat hasil yang lebih banyak, sehingga dengan usaha memanfaatkan tanah pekarangan itu berarti keluarga bersangkutan telah melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi didalam meningkatan pendapatan. Untuk dapat menunjang suksesnya tanaman- tanaman di dalam pekarangan tersebut perlu pula melakukan pemupukan dengan pupuk kandang, kompas yang diperoleh tanpa membeli atau diperoleh dari dalam pekarangan itu sendiri. Jika ada bibit penyakit pada tanaman didalam pekarangan tersebut disarankan supaya sebaiknya didalam melakukan pemberantasan jangan memakai obat-obatan yang untuk memperolehnya harus mengeluarkan uang, tetapi sebaiknya diberantas dengan membakar sampah-sampah sedikit demi sedikit.

2. Prinsip berkesinambungan, dengan maksud melakukan usaha tanaman pekarangan itu tidak hanya sekali saja atau hanya pada waktu diingatkan saja, namun sebaiknya dilakukan terus-menerus karena pada hakekatnya usaha yang berkelanjutan itu akan memberikan kemanfaatan atau kemudahan bagi keluarga sendiri untuk menunjang kebutuhan hidup selama-lamanya. Manusia selama hidup selalu membutuhkan makanan sedangkan apa yang diusahakan melalui intensifikasi tanaman pekarangan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

3. Prinsip pengembangan tanaman bergizi tinggi, yaitu jenis- jenis tanaman yang akan ditananam tersebut sebaiknya diseleksi jenis tanaman yang bisa memberikan gizi tinggi tanpa mengurangi, pertimbangan penyesuaian faktor iklim, tempat, selera dan lain sebagainya. Pemerintah dalam hal ini, khususnya bagi Dinas Pertanian yang lebih banyak tahu tentang jenis tanaman yang bergizi tinggi itu akan sering memberikan dorongan kepada masyarakat atau sama sekali belum pernah dirasakan oleh masyarakat setempat pada suatu lingkungannya.

Pemanfaatan Pekarangan dengan Holtikultura - AgronomiPertanian

Gambar 2.
Pemanfaatan Pekarangan dengan tanaman hortikultura oleh Kelompok Wanita Tani Tobonggae di Kel. Cempaniga Kec. Camba. Kab. Maros

C. POLA TANAM PEKARANGAN

Ditinjau dari tata letak pekarangan, pola penanaman pekarangan yang baik dapat diatur seperti : tanaman halaman muka, sebaiknya ditanam dengan bunga-bungaan, sayur-sayuran yang pohonnya pendek dan tanaman yang pohonnya agak tinggi sebaiknya ditanam dipinggir dari pekarangan halaman muka itu sehingga tidak mengganggu pancaran sinar matahari yang mau masuk kehalaman rumah.
  1. Tanaman Sisi Rumah, sebaiknya jenis tanaman sayur-sayuran, obat-obatan dan bumbu-bumbuan dengan menghindari tanaman yang berpohon tinggi apalagi berpohon besar. tanaman yang berpohon besar akan berakar besar pula sehingga bisa merusak pondasi rumah disamping pekarangan menjadi sangat lembab.
  2. Tanaman Belakang Rumah, bisa dilakukan dengan jenis tanaman yang pohonnya agak tinggi tetapi tidak begitu besar dan pilih yang bisa memberikan hasil secara teru-menerus dan bisa juga tanaman hias yang mempunyai harga relatif tinggi atau mahal.
  3. Tanaman Pagar, dimaksudkan sebagai tanaman batas pekarangan hendaknya dipergunakan pagar hidup yang cepat tumbuh, banyak cabang, kuat dan lebat, tanah pangkas dan bermanfaat banyak, misalnya : beluntas bisa dipakai untuk obat dan lalap, tanaman puring, mongkokun, kedondong, belimbing dan lain sebagainya

D.  POTENSI PENGEMBANGAN

Komoditi yang diusahakan dipekarangan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna meliputi:

1. Tanaman pangan:
a. Sayuran buah seperti cabai besar, cabai rawit, kapri, kecipir, tomat, buncis,kacang panjang, terong , mentimun , pare dan paprika .
b. Sayuran daun seperti kangkung, caisim, bawang daun, bayam, kubis, kemangi, seledri, selada, sawi, dan talas daun.
c. Sayuran bunga seperti kol, brokoli dan bunga papaya.
d. Sayuran umbi seperti wortel, kentang, bawang merah dan bawang putih, bawang bombay, dan lobak serta tanaman bumbu dan empon-emponan seperti temu kunci, kencur, serai, lengkuas dan kunyit yang masih termasuk tanaman sayuran umbi-umbian
e. Tanaman buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias;
    2. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pendaging
    3. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dan lain-lain.

    Thursday 10 April 2014

    TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN

    Oleh : Ir. Pangerang, MP
    (Penyuluh Pertanian Kabupaten Maros)
    ______________________________________________________________________________

    A. PEMANFAATAN PEKARANGAN


    Pekarangan merupakan lahan disekitar rumah dengan batas pemilikan yang sudah jelas baik dipagar maupun tidak dipagar. Pekarangan dapat memberikan manfaat bagi pemiliknya apabila dimanfaatkan dengan baik. Dengan pemanfaatan pekarangan suasana akan terlihat lebih hijau dan asri, dapat juga digunakan untuk menyalurkan hobi bercocok tanam. Selain itu hasil dari pemanfaatan pekarangan dapat digunakan untuk pemenuhan gizi keluarga dan dapat digunakan untuk usaha produktif yang memberikan keuntungan ekonomi.

    Dalam pekarangan dilengkapai; beberapa fasilitas yang merupakan; kebutuhan anggota; keluarga yaitu: Lahan pertanaman, Kandang ternak, Kolam ikan, Lumbung atau gudang, Tempat menjemur hasil pertanian, Tempat menjemur pakaian, Halaman tempat bermain anak-anak, Bangku, Sumur, Kamar mandi, Tiang bendera, Tiang lampu, Garasi, Lubang sampah, Jalan setapak, Pagar,Pintu Gerbang dan lain-lain

    Zona pekarangan dibagi menjadi Halaman depan (buruan), halaman samping (pipir) dan halaman belakang (kebon). Halaman depan  merupakan area penempatan  lumbung, tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian, halaman samping  adalah tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi dan untuk halaman belakang  terdiri dari  bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industri.


    B.TEKNOLOGI BUDIDAYA


    1. Penanaman Konvensional


    Pada model ini hal yang perlu diperhatikan adalah pemilahan areal tanam, persiapan dan pengolahan lahan tanam dan penyediaan bahan tanaman. Pengolahan lahan tanam meliputi pembersihan, pengolahan, pemupukan dan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan. Pencangkulan juga perlu dilakukan untuk menggemburkan lahan. Kemudian dilakukan pemupukan dasar dengan tujuan untuk menambah unsur hara pada tanah dengan cara mencampurkan dan mengaduk pupuk secara merata diseluruh bagian lahan. Pupuk yang sebaiknya digunakan adalah pupuk kandang atau kompos.

    Selanjutnya adalah penyediaan bibit , dan tanaman yg dapat diperbanyak dengan bibit adalah ; bayam cabut, sawi, selada, seledri, kemangi, kecipir, bayam dan tanaman sayur kacang-kacangan. Biji atau benih tanaman sayuran tersebut dapat dibeli di toko penyalur benih yang ada. Sedangkan jenis sayuran tradisional seperti daun mangkokan, talas, katuk dan beluntas yang bijinya sulit diperoleh dapat diatasi dengan penanaman secara stek atau umbi.

    2. Penanaman di Pot atau Polybag


    Ada beberapa tipe pot yang dikenal diantaranya, yaitu:
    • pot tunggal,
    • pot horisontal, dan
    • pot vertikal.
    a. Pot tunggal umumnya digunakan untuk jenis tanaman sayuran buah dan umbi seperti cabai, mentimun, tomat, buncis, pare, terong, paprika, kacang panjang, wortel, kentang, bawang merah, bawang putih, bawang bombay dan lobak. Pot tunggal dapat dibuat dari tanah liat, semen, kayu, ember, kaleng atau polibag. Yang pada bagian dasarnya telah dilubangi sebagai pengatur drainase air.

    b. Pot horisontal dibagi dua, horisontal tunggal dan horisontal bertingkat yang harus dibuat sendiri dengan menggunakan pipa PVC, bambu, papan, talang atau balok kayu. Dan digunakan untuk jenis tanaman sayuran bunga dan daun yang mempunyai perakaran dangkal dan sempit seperti kangkung, selada, talas daun, kailan, baby kapri, caisim, bawang daun, kubis, kol dan brokoli. Pot vertikal sama uraiannya dengan pot horisontal di atas.

    Pot tunggal umumnya digunakan untuk jenis tanaman sayuran buah dan umbi seperti
    1. cabai,
    2. mentimun,
    3. tomat,
    4. buncis,
    5. pare,
    6. terong,
    7. paprika,
    8. kacang panjang,
    9. wortel,
    10. kentang,
    11. bawang merah,
    12. bawang putih,
    13. bawang bombay dan
    14. lobak.

    Pemanfaatan Pekarangan dengan Tanaman Holtikultura - AgronomiPertanian

    Gambar 1.
    Pekarangan dengan tanaman hortikultura  (Lombok Besar)

    Pot horisontal / Vertikal

    Pot horisontal dibagi dua,
    a. horisontal tunggal dan
    b. horisontal bertingkat yang harus dibuat sendiri dengan menggunakan pipa PVC, bambu, papan, talang atau balok kayu dan digunakan untuk jenis tanaman sayuran bunga dan daun yang mempunyai perakaran dangkal dan sempit seperti:
    1. kangkung,
    2. selada,
    3. talas daun,
    4. kailan,
    5. baby kapri,
    6. caisim,
    7. bawang daun,
    8. kubis,
    9. kol dan
    10. brokoli.

    Beberapa keuntungan yang diperoleh dari bertanam sayuran di pot antara lain :
    a. Dapat dikerjakan pada pekarangan yang sempit
    b. Sebagai alternatif untuk tanah pekarangan yang tidak subur
    c. Lebih gampang untuk dipindah tempatkan
    d. Lebih mudah untuk menyesuaikan dengan faktor agroklimat (kondisi tanah dan
    e. Iklim yang diperlukan tanaman .
    f. Sekaligus berfungsi sebagai tanaman hias.

    Beberapa faktor agroklimat dapat diubah agar sesuai dengan keperluan sayuran yang kita tanam terutama sayuran dalam pot, misalnya jenis tanah, pH tanah, curah hujan dan banyaknya sinar matahari, sedangkan suhu dan kelembaban udara sangat sulit untuk diubah.

    Sebagai contoh media tanam yang terdiri dari campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir dapat diatur perbandingannya sesuai dengan keperluan masing-masing jenis sayuran yang ditanam.

    pH tanah dapat diturunkan denfan menambah kapur pada media tanamnya, atau curah hujan dan sinar matahari dapat diatur banyaknya dengan mengontrol penyiraman dan memberi naungan. Suhu dan kelembaban udara hanya dapat diubah dengan menggunakan rumah kaca, sehingga untuk penanaman sayuran di pekarangan, jenis sayuranlah yang disesuaikan dengan kedua faktor tersebut, dimana kedua faktor tersebut sangat terkait dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. Karena itu pilihlah jenis-jenis sayur yang dapat tumbuh dengan ketinggian tempat yang sama dengan daerah kita.

    Pot yang digunakan harus mampu mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik terutama perakaran.. Beberapa jenis pot ini tidak memiliki sifat pot yang baik sehingga pada siang hari yang panas, suhu pot cepat naik dan tanaman menjadi layu. Karena itu, beberapa jenis pot perlu dilubangi didindingnya.

    Ciri-ciri kriteria pot yang baik adalah:
    a. Mampu mendukung perkembangan perakaran
    b. Bagian bawah pot harus berlubang untuk merembeskan air berlebih
    c. Dasar pot yang dipilih, berkaki untuk membantu `erasi dan drainase
    d. Tidak terlalu berat agar ludah dipindahkan
    e. Tidak mudah lapuk dan pecah
    f. Dinding pot harus mampu merembeskan air dan udara keluar agar suhu tanah tetap stabil

    Jenis pot yang dapat dipakai dapat berupa pot tanah liat, pot plastik, pot porselin, pot semen, pot ban bekas, pot kaleng bekas, dan pot dari anyaman bambu.

    3. Penanaman Vertikultur


    Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.Banyak sedikitnya tanaman yang akan kita budidayakan bergantung pada model wadah yang kita gunakan.Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah.
    Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias.
    Vertikultur sangat cocok dipakai untuk budi daya tanaman semusim, misalnya sayur-sayuran.. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain;
    a. seledri,
    b. selada,
    c. kangkung,
    d. bayam atau
    e. kemangi.
    f. Pohon cabai,
    g. tomat, atau .
    h. sawi

    Pemanfaatan Pekarangan dengan Kacang Panjang - AgronomiPertanian


    Gambar 2.
    Pemanfaatan Jalanan Pekarangan dengan menanam Kacang Panjang dan serei pada karung pupuk bekas sebagai medianya

    Kelebihannya adalah :

    Lahan yang minimalis dapat menghasilkan hasil yang maksimal Caranya yaitu dengan membuat sebuah rak untuk menaruh tanaman. Tanpa harus menanamnya langsung pada lahan yang ada. Rak tersebut dapat terbuat dari kayu, papan atau bumbu. Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih mahal ongkos pembuatannya. Keuntungan yang kedua adalah anti banjir , karena mudah dipindahkan,kalau kerangka bangunannya dibuat tinggi dapat mencegah banjir. Keuntungan yang ketiga adalah,Penanaman jenis verticultura dapat dipakai untuk menyalurkan kreatifitas dengan mengecat pot dan rak.Boleh juga jika ditambahkan pernak pernik pot, seperti wadah air dibawahnya atau pot-pot gantung.

    Vertikultur sangat cocok dipakai untuk budi daya tanaman semusim, misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah, hasilnya langsung dinikmati. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada, kangkung, bayam atau kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong, juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly bag atau kantung plastik tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.

    Vertikultur dari bambu - AgronomiPertanian

    Gambar 3.
    Vertikultur yang terbuat dari bambu

    Sawi dan selada air akan dipanen ketika berumur 40 hari, bayam di usia 28 hari, dan cabai umumnya berbuah saat berumur 3 bulan dan hasil panen yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan cara pertanian yang diolah budi daya bercocok tanam ini, para anggota keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pupuk alami mampu dibuat sendiri dari sisa-sisa sampah dapur. Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa makanan merupakan bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai oleh tanah dan diperlukan oleh tanaman.Pembuatannya cukup menimbun di dalam tanah. Dibiarkan terurai selama kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah itu dapat dipakai sebagai media tanam. Dengan ditambah oleh campuran pasir, tanah gembur, serta pupuk kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu 1:1:1.

    Selain kompos, pupuk yang baik adalah pupuk kandang. Biasanya diperoleh dari kotoran sapi, kambing, atau kerbau. Bagi penduduk di sekitar Jakarta, lebih mudah mendapatkannya di toko pertanian terdekat. Kotoran hewan peliharaan seperti ayam, burung, serta kelinci mampu digunakan untuk pembuatan pupuk kandang tersebut. Prosesnya sama seperti pupuk kompos tadi. Dikubur dahulu agar tidak berbau, dan biarkan mikro organisme yang mengurainya.

    Di sisi lain, air yang dipakai untuk menyiram adalah air yang bersih. Berbeda dengan para Petani sayuran di perkotaan atau daerah lainnya. Mungkin air yang digunakan adalah air sungai yang kotor dan tercemar. Atau mengandung pestisida hama yang larut dalam air

    4.  Media Tanam


    Media tanam merupakan tempat berkembangnya akar dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Dari media tanam ini tanaman menyerap makanan yang berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam harus sudah siap paling lambat dua minggu sebelum tanam supaya terjadi pemadatan media yang sempurna. Media yang baik untuk digunakan terdiri dari tanah gembur atau top soil, kompos, dan sekam padi dengan perbandingan volume sama banyak. Aduk ketiga bahan tadi sampai tercampur rata, kemudian masukan ke pot atau polybag yang memiliki diameter minimal 30 cm.

    Bahan-bahan di atas memiliki fungsi yang berbeda, namun satu sama lain saling mendukung. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar dengan prinsip pertukaran kation. Sekam gunanya untuk menampung/mengikat air dalam tanah, sedangkan kompos untuk menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi hara yang diperlukan oleh tanaman.

    Sebaiknya kompos yang digunakan adalah kompos yang terbuat dari sampah dapur dan sampah rumah tangga. Tujuannya adalah untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan, minimalnya yang ada di sekitar kita, dari permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah. Disamping itu, untuk menghemat biaya dalam pengadaan kompos.

    Media tanam haruslah menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Persyaratannya adalah : campuran abu sampah dan pupuk kandang, gambut dan pupuk kandang, kompos sampah rumah tangga dan tanah atau pasir, abu sekam dan pupuk kandang, tanah dan sekam serta pupuk kandang, pasir dan pupuk kandang, tanah dan pupuk kandang yang perbandingan campuran media tanam adalah 1:1 atau 2:1, yang terakhir disarankan 3:1.

    Wednesday 9 April 2014

    TEKNOLOGI BUDIDAYA ANGGREK

    BUDIAYA TANAMAN ANGGEREK
    Ir. Pangerang, MP /PPL Kab. Maros

    A. Pembibitan
    1. Persyaratan Bibit : Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.
    2. Penyebaran Biji : Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek sebagai berikut:
      • Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
      • Mensterilkan biji : Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang dan diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).
      • Penyebaran biji anggrek : Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampu spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang telah terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan alas makanan yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.
    B. Teknik Penyemaian Benih :
    1. Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yang kosong berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.
    2. Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak berwarna agar dapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat.
    3. Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi atau terkontaminasi.
    4. Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari bakteri/jamur dengan kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapas dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
    5. Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu: 
      • Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
      •  KH2PO4 : 0,25 gram
      •  MgSO47H2O : 0,25 gram
      • (NH4)2SO4 : 0,25 gram
      • Saccharose : 20 gram
      •  FeSO4 4H2O : 0,25 gram
      • gnSO4 : 0,0075 gram
      • Agar-agar : 15–17,5 gram
      • Aquadest : 1000 cc
    C. Pemindahan Bibit :
    1. Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar, tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang.
    2. Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5–30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya.
    3. Sebelum dipakai terlebih dulu dicuci bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:                                                        a. Urea atau ZA : 0,50 mg b. DS, TS atau ES : 0,25 mg
      c. Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
      d. Air : 1000 cc 
    4. pp Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuran unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk kandang yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1. Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacang tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24 jam.
    5. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari.
    6. Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu dipadatkan).
    7. Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botol dengan memasukkan air bersih ke dalam botol.
    8. Dengan kawat bersih berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan rapat.
    9. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit baru ditanam.
    10.  Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot
    D. Pengolahan Media Tanam
    Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:
    1. Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman). Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah dan akarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk kandang yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot.
    2. Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam. Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapis batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari dari kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yang ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu rangkaian.

    E. Teknik Penanaman
    Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman anggrek, yaitu:
    1. .Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
    2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
    3. Anggrek tanah/anggrek Terrestris

    F. Pemeliharaan Tanaman
    1. Penjarangan dan Penyulaman
    Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat yang disesuaikan dengan jenis anggrek, yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.

    2. Penyiangan
    Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai jenis anggrek.

    3. Pemupukan
    Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya. Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:

    a. Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupuk ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat (K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:

    1) Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air
    2) ES : 0,3 gram untuk 1 liter air
    3) ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air

    . Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan tambahan pupuk, maka dapat dususun sendiri pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara misalnya :

    1) Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air
    2) DS : 0,3 gram untuk 1 liter air
    3) K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air
    c. Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size) :
    Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1. Teknik pemberian pupuk buatan adalah:
    1. Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan secara hati-hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yang menyebabkan daun/batang tadi dapat terbakar.
    2. Disiramkan, yang mana anggrek dapat menyerap air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana.
    3. Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau. Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yang mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.
    4. Pengairan dan Penyiraman
    Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:
    • Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH yang baik sekitar 5,6-6.
    • Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral dari tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus diperhatikan pHnya.
    • Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk menyiraman.
    • Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin cukup baik. Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram.
     Adapun macam isian pot dan sifat diuraikan sebagai berkut:
    1. Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah menguapkan air dan sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan air sehingga tidak mudah untuk lumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak dan untuk siraman lebih sedikit.
    2. Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk digunakan di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di daerah dingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.
    3. Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang coklat dan lunak lebih mudah menyerap dan menahan air.
    4. Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk penyerapan air, mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil dan jika potongan kecil penyerapan air lebih banyak. Bagi tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.

    5. Waktu Penyemprotan Pestisida

    Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan dosis yang digunakan untuk hama antara lain:

    a. Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun
    b. Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
    c. Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
    d. Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu.
    e. Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air
    f. Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air. Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:

    1) Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.

    2) Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter air atau 6–8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tanaman anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu dan diulang satu minggu sekali.

    Tuesday 8 April 2014

    TEKNOLOGI PRODUKSI KACANG HIJAU

    PENDAHULUAN
    Kacang hijau (Vigna radiata) umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau tanaman palawija yang lain. Di tingkat petani, rata-rata produktivitas baru mencapai 0,9 ton/ha. Sedangkan dari hasil percobaan dapat mencapai 1,60 ton/ha. Rendahnya hasil kacang hijau di tingkat petani antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang optimal. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman diperlukan teknik budidaya yang tepat.

    TEKNIK BUDIDAYA

    1. Varietas
    a. Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam di lahan sawah maupun tegal.
    b. Varietas terbaru tahan penyakit embun tepung dan bercak daun seperti Sriti, Kenari, Perkutut, Murai, dan Kutilang dapat dianjurkan untuk ditanam di daerah endemik penyakit tersebut.
    c. Kebutuhan benih sekitar 25–30 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.
    2. Penyiapan lahan
    a. Pada lahan bekas padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (Tanpa Olah Tanah = TOT).
    b. Tunggul padi perlu dipotong pendek dan jerami padi dibersihkan.
    c. Apabila tanah becek, perlu dibuat saluran drainase dengan jarak 3–5 m.
    d. Pada lahan bekas pertanaman palawija (jagung, kedelai, kacang tanah) perlu dilakukan:
    e. Pembajakan sedalam 15–20 cm, kemudian dihaluskan dan diratakan.
    f. Saluran irigasi dibuat dengan jarak 3–5 m.


    Penanaman
    1. Tanam dengan sistem tugal dengan 2–3 biji/lubang
    2. Untuk musim hujan, digunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga populasinya sekitar 300–400 ribu tanaman per hektar
    3. Untuk musim kemarau digunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm sehingga populasi sekitar 400–500 ribu tanaman per hektar
    4. Pada saat tanam, kelembaban tanah tidak boleh terlalu tinggi, karena hal ini akan menyebabkan biji busuk.
    5. Penyulaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 7 hari.
    Pemupukan
    • Di lahan sawah bekas padi yang subur, tanaman kacang hijau pada umumnya tidak perlu dipupuk maupun diberi bahan organik.
    • Untuk lahan yang kurang subur, tanaman dipupuk 45 kg Urea + 45–90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha yang diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman.
    • Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15–20 ton/ha dan abu dapur sangat baik untuk diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam.
    5. Penggunaan mulsa jerami
    Jerami padi dapat diaplikasikan sebagai mulsa, dengan takaran 5 t jerami padi/ha. Penggunaan mulsa dapat menekan serangan lalat bibit, pertumbuhan gulma dan penguapan air.

    6. Penyiangan gulma
    • Penyiangan gulma dilakukan dua kali yakni pada saat tanaman berumur 2 dan 4 minggu.
    • Pada daerah yang sukar mendapatkan tenaga kerja, dapat digunakan herbisida pra-tumbuh non-selektif seperti Lasso, Paraquat, Dowpon, dan Goal dengan takaran 1–2 liter per hektar, yang diaplikasikan 3–4 hari sebelum tanam.
    7. Pengairan
    Periode kritis kacang hijau terhadap kekurangan air adalah pada periode menjelang berbunga (umur 25 hari) dan peng­isian polong (45–50 hari), sehingga tanaman tidak boleh kekurangan air pada periode tersebut.
    • Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan perlu dilakukan dua kali, yakni pada umur 21 dan 38 hari. Sedangkan untuk pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya hanya diperlukan pengairan satu kali.
    • Apabila diperkirakan tanaman tidak akan kekeringan pada periode kritis tersebut, pengairan tidak perlu dilakukan.
    8. Pengendalian hama
    • Hama utama adalah lalat kacang Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalcites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong Maruca testutalis, Etiella zinckenella dan kutu Thrips.
    • Pengendalian hama dapat dilakukan dengan insektisida, seperti: Confidor, Regent, Curacron, Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2–3 ml/l air dan volume semprot 500–600 l/ha.
    • Di daerah endemik lalat bibit Ophyomia phaseoli, benih yang akan ditanam perlu diberi perlakuan dengan insektisida Carbosulfan (10 g/kg benih) atau Fipronil (5 cc/kg benih).
    • Pertanaman musim kemarau II (Juni–Juli) rawan serangan hama thrips. Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida Confidon dan Reagent 50 SC.
    9. Pengendalian penyakit
    • Penyakit utama adalah bercak daun Cercospora canescens, busuk batang, embun tepung Erysiphe polygoni dan penyakit puru Elsinoe glycines.
    • Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti: Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada awal serangan dengan takaran 2 gram per liter air.
    • Penyakit embun tepung Erysiphe polygoni sangat efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4 dan 6 minggu.
    • Penyakit bercak daun efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4, 5 dan 6 minggu.
    10. Panen dan pascapanen
    • Panen dilakukan apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat.
    • Panen dengan cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2–3 hari hingga kulit mudah terbuka dan biji cukup keras.
    • Pembijian dilakukan dengan cara dipukul di dalam kantong plastik atau kain untuk menghindari kehilangan hasil.
    • Pembersihan biji dari kotoran dengan menggunakan nyiru dan biji dijemur lagi sampai kering simpan yaitu kadar air mencapai 8–10%.
    VARIETAS UNGGUL
    • MURAI. Tipe determinit; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,9– 2,5 t/ha); warna biji hijau kusam, ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit bercak daun Cerco­spora. Umur panen 63 hari.
    • PERKUTUT. Tipe determinit; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,7–2,2 t/ha); warna biji hijau mengkilat; ukuran biji sedang (5 g/100 biji); tahan penyakit embun tepung dan agak tahan penyakit bercak daun. Umur panen 60 hari.
    • KUTILANG. tipe determinit; produktivitas rata¬rata mencapai 2,0 t/ha; biji berwarna hijau mengkilat; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit embun tepung. Umur panen 6 0 – 67 hari Varietas Sampeong
    • KENARI. Tipe tegak, determinit. Produktivitas rata-rata 1,64 t/ha (rentang hasil 0,8–2,4 t/ha); warna biji hijau mengkilat, ukuran biji besar (6,7 g/100 biji); agak tahan penyakit bercak daun dan toleran penyakit karat. Umur panen 60– 65 hari. Varietas Kutilang
    • SAMPEONG. Hasil pemurnian varietas lokal Samsik dari Nusa Tenggara; ukuran biji sangat kecil (2,5–3,0 g/100 biji), sehingga sesuai untuk dibuat kecambah; produktivitas rata-rata 1,0 ton/ha. Umur panen 70–75 hari