Friday 21 March 2014

JARAK TANAM LEGOWO

SISYEM JARAK TANAM LEGOWO PADI SAWAH

Salah satu komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah yaitu dianjurkan untuk mengatur jarak tanaman dan populasi tanaman dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam dengan pengaturan jarak tanam tertentu sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan.

Keuntungan dan kelebihan dari penerapan sistem tanam jajar legowo bila dibanding dengan sistem tanam konvensional (tegel) diantaranya yaitu :

1. Adanya efek tanaman pinggir yang diharapkan memberikan produksi tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik;

2. Meningkatkan jumlah populasi /rumpun tanaman per hektar;

3. Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong atau mina padi

4. Meningkatkan tanaman menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.;

5. Pengendalian hama, penyakit dan gulma menjadi lebih mudah;

6. Dengan areal pertanaman yang lebih terbuka dapat menekan hama dan penyakit;

7. Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.

Sistem tanam legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua, tiga atau lebih) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Baris tanaman (dua, tiga atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, jika tiga baris tanam per unit legowo disebut legowo 3:1, dan jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1 dan seterusnya.

Dalam penerapan sistem jarak tanam legowo dikenal Sistem Legowo 2 : 1 , Sistem Legowo 3 : 1 dan Sistem Legowo 4 : 1 (tipe 1 dan tipe 2). Sedangkan jarak tanam yang digunakan tergantung dari tingkat kesuburan tanahnya yaitu jarak tanam (20 cm x 10 cm) x 40 cm atau (25 cm x 12,5 cm) x 50 cm. Sedangkan Legowo 4 : 1 tipe 1 berarti semua baris pada satu legowo mendapat sisipan, sebaliknya pada Legowo 4 : 1 tipe 2 hanya pada baris pinggir yaitu kiri dan kanan mendapat sisipan sedangkan 2 baris ditengahnya tidak mendapat sisipan.



Legowo 2:1

Penerapan Sistem jarak tanam legowo 2:1 dengan menggunakan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm akan menghasilkan jumlah populasi tanaman kurang lebih 333.300 rumpun per hektar, sedangkan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 50 cm akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha kurang lebih 213.300 rumpun per hektar , serta akan meningkatkan populasi tanaman 33,31% dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan (lihat gambar dibawah ini )





Legowo 3:1

Legowo 3 : 1 adalah setiap satu unit legowo terdapat tiga baris tanaman jika menggunakan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm akan meningkatkan populasi tanaman menjadi ± 360.000 rumpun per hekatar, sedangkan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 50 cm akan meningkatkan populasi tanaman sebanyak ± 230.400 rumpun per hektar





Legowo 4:1 Tipe 1

Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Bila digunakan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm akan diperoleh populasi tanaman ± 400.000 rumpun/ha, sedangkan dengan jarak tanam 25 cm x12,5 cm x 50 cm populasi tanaman mencapai ± 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm.
























Legowo 4 : 1 Tipe 2

Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Bila menggunakan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm akan diperoleh populasi tanaman ± 300.000 rumpun/hektar, sedangkan dengan jarak tanam 25 cm x12,5 cm x 50 cm akan diperoleh populasi tanaman ±192.000 rumpun/hektar dengan persentase peningkatan hanya sebesar ±20 % dibanding pola tegel (25x25) cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.



Legowo 6 : 1

Sistem tanam legowo 6:1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan, pada satu set legowo terdapat 6 baris penuh. . Bila digunakan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm akan diperoleh populasi tanaman ± 428.000 rumpun/ha, sedangkan dengan jarak tanam 25 cm x12,5 cm x 50 cm populasi tanaman mencapai ± 274.000 rumpun/ha.




















Wednesday 19 March 2014

PENGAMBILAN UBINAN JARAK TANAM LEGOWO PADI SAWAH oleh Ir.Pangerang, MP (PPL Kab. Maros)

Pengambilan Ubinan

Metode pengambilan ubinan adalah cara memperkirakan hasil panen per satuan luas yang disebut dengan produktivitas. Satuan produktivitas biasanya dinyatakan dengan ton/ha atau kw/ha atau kg/ha. Salah satu caran untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman antara lain dapat dilakukan dengan panen ubinan. Ubinan dibuat agar dapat mewakili hasil hamparan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Pilih pertanaman yang seragam dan dapat mewakili penampilan hamparan, baik dalam segi pertumbuhan, kepadatan tanaman, maupun kondisi pertanaman;
  2. Luas ubinan perlu ditetapkan dan disesuaikan dengan jarak tanan yang digunakan;
  3. Batas ubinan harus ditetapkan berada pada jarak antar tanaman (ruang kosong)
  4. Gunakan minimal dua set jajar legowo yang berdekatan atau dinyatakan sebagai lebar ubinan (l);
  5. Gunakan panjang baris tanaman legowo atau dinyatakan sebagai panjang ubinan (p);
  6. Luas ubinan = Panjang Ubinan (p) x Lebar Ubinan (l) dan dengan ketentuan bahwa Luas ubinan ≥ 6 m² dan tandai luasan yang akan diubin.
  7. Laksanakan panen pada luasan ubinan tersebut, rontokkan dan bersihkan gabah dari kotoran dan timbang (Gabah Kering Panen = GKP);
  8. Untuk mendapatkan data yang akurat lakukan pengambilan ubinan minimal 3 kali atau lebih ulangan

Secara Matematika Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:




       P =   10.000 (m² )  x Bhu (kg)
                Lu (m²)

P = Produktivitas yang dinyatakan dalam satuan (kg/ha atau kw/ha atau ton/ha)
Lu = Luas Ubinan dalam satuan m²
Bhu = Berat hasil ubinan dari Lu dalam satuan kg